Menjelang UN SMA sering kita baca atau dengar kalimat "UN Jujur" baik dari Sosial Media, selebaran, pamflet, baliho dan dari bapak ibu guru di sekolah. Maksut jargon UN Jujur ini adalah agar siswa yang mengerjakan UN bersikap jujur, tidak mencontek, tidak curang dan lain-lain, namun apakah mungkin ?
Aku akan sedikit cerita pengalaman UN sewaktu aku SMA dulu, sekitar tahun 2009 kira-kira bulan april kalo gak salah aku juga pernah melaksanakan ujian nasional, seperti kebanyakan anak SMA di masa itu, UN merupakan momok yang menakutkan karena itu adalah satu-satunya jalan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas. Beda dengan jaman sekarang yang katanya UN bukan syarat mutlak buat lulus SMA.
Di jaman itu hampir seluruh anak SMA di Indonesia pasti melakukan segala cara untuk menghadapi UN biar lulus SMA. Ada yang belajar pagi siang malam, ada yang ikut les tambahan, ada yang nyari air doa biar siap menghadapi UN, ada yang cari pensil berkah, ada yang pake jimat , ada yang diruat, ada yang jadi rajin ibadah dan ada yang menggabungkan semua kebiasaan itu. walaupun ada yang cuek dan biasa-biasa aja kaya aku.
Mengapa aku biasa aja ? soalnya dulu itu kunci jawaban bisa dibeli walau gak 100% bener, tapi setidaknya ada pegangan hahahaha. Dijamanku masih enak soal cuma A dan B jadi walau gak punya kunci jawaban masih bisa nyontek. Strategi nyonteknyapun bermacam-macam, ada yang pake kode, ada yang pake kertas dan banyak strategi lainnya. Terus gak ditegur pengawas ?
Jaman aku UN dulu itu gak ditegur kalo memang bener-bener berisik atau mencolok, jadi kalo sunyi, senyap, bersih dan rapi walau pengawas tau tetep aja dibiarin gak ditulis juga, soalnya pengawasnya juga paham dan sepenanggungan hahahahaha. walaupun gitu gak selamanya pengawasnya baik kaya gitu.
Dulu waktu UN aku pernah apes di mata pelajaran matematika, waktu itu aku udah dapet kunci jawaban udah aku simpan dengan baik dan rapi, eh kok bisa-bisanya pengawas ngambil kunci jawaban aku di menit-menit pertama lagi, panik dong akunya, selama 90 menit aku cuma dia meratapi nasib. Didalam hati cuma ada kalimat "MODYAR KETAHUAN PENGAWASE, ORA SIDO LULUS IKI AKU" rasanya pengen nangis pengen keluar, mana temen-temen pada sok suci gak mau nyontekin ato apa gitu, malah ngetawain.
Tapi untungnya aku sempet belajar jadi aku isi sebisanya aja, 30 menit terakhir cuma modal Bismillah dan jawab acak akhirnya selesai juga tuh UN matematika, walaupun gitu tetep aja dag dig dug, soalnya takut dilaporin ke pihak sekolah.
eh ternyata gak dilaporin, huft......
Daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan akhirnya aku lulus juga dengan nilai matematika 5,75 hahahaha
padahal KKMnya 4,75
Lalu mengapa saat itu ada yang sampai curang dengan mencontek dan sampai beli kunci jawaban ?
menurutku gini,
saat itu UN merupakan satu-satunya jalan untuk lulus SMA, jadi kalo ujian nasional gak berhasil ya gak lulus, bisa sih ikut paket C tapi apa iya gak malu kalo sampe gak lulus, iya kalo lingkungannya cuek mau lulus gak lulus ya udah slow, kalo lingkungannya isinya orang yang berisik cerewet dan susah lihat orang senang kan kalo gak lulus bisa jadi bahan olok-olokan sekampung. MALU TAUUUUUU
Maka dari itu kita waktu itu menghalalkan segala cara untuk LULUS SMA.
Tapi kalo menurutku tidak jujur dalam UN itu bukan hal yang bisa dibanggakan atau gimana, tidak jujur dalam UN ( seperti mencontek dan beli kunci jawaban ) itu cuma cara siswa buat survive, ini dikarenakan sistem pendidikan kita yang mementingkan nilai dari pada kemampuan atau bakat. Kalo di sekolah-sekolah kota besar dan sekolah unggulan mungkin UN adalah hal biasa dan kadang soal UN lebih mudah dari ulangan harian, lalu bagaimana dengan yang diluar itu ?. seperti sekolah pelosok dimana buku pun kadang tidak punya, mau UN tidak tau belajar pake apa karena buku teks tidak ada apa lagi buku latihan UN, Jika mereka yang kaya dan sekolah di kota bisa try out setiap saat karena ada uang dan fasiltas, yang di pelosok belum tentu bisa ikut try out kecuali kalau sekolah mengadakan dan gratis.
Sistem pendidikan yang masih mementingkan hasil dan nilai akhir sebagai patokan bahwa siswa itu pintar atau tidak, itu sama saja menyuruh ikan untuk panjat pohon. Karena itu tidak kaget kalo banyak pengangguran saat ini. mereka bukan orang yang gak bisa kerja atau gak bisa apa-apa, mereka cuma belum tau apa kelebihan mereka.
banyak contoh orang sukses yang tidak sekolah tinggi karena sadar akan potensi diri mereka, namun lebih banyak lagi yang rela tidak tau potensi diri mereka asal mereka bisa survive. Namun apakah mereka sukses ? tidak, mayoritas dari mereka hanya bertahan untuk tetap survive walau mereka sadar kalo mereka mempunyai potensi supaya menjadi orang yang lebih sukses bukan hanya survive. Banyak dari mereka yang nilainya bagus dan mudah diterima kerja namun waktu kerja ya biasa-biasa aja, karena dalam mindset mereka hanya berfikir untuk survive saja.
Coba sistem pendidikan kita diganti dengan lebih mementingkan pengembangan minat dan bakat sehingga setiap potensi akan tersalurkan, dan walau pun ada UN, UNnya pun sesuai potensi masing-masing. Saya yakin jika kita mengerjakan sesuatu yang kita suka pasti kita mengerjakan dengan hati. apapun yang dikerjakan dengan hati pasti jujur dan hasilnya positif.
Selamat Melaksanakan Ujian Nasional 2016 buat adik-adikku di seluruh Indonesia, semoga kalian bisa melaksanakan UN Jujur seperti yang di inginkan pemerintah. walau saya yakin orang yang di pemerintahan itu juga dulu waktu UN gak jujur-jujur amat. Tapi ya tolong buat adik-adik yang melaksanakan UN, JUJURlah saat mengerjakan, jangan contoh keburukan dan kebodohan yang telah kami buat. Jadilah generasi yang jujur agar generasimu lebih baik dari generasi kami.
Post a Comment