Kekemprohan Objek Wisata Waduk Kedungombo

        Mungkin sebagian pembaca tidak tahu dimana waduk Kedungombo ini berada. Waduk Kedungombo ini adalah waduk/bendungan/dam yang berada di desa Rambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Waduk ini mempunyai banyak fungsi antara lain sebagai tempat penampungan air, PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), irigas dan objek wisata. Sebagai tempat wisata, waduk Kedungombo ini hampir pasti selalu dikunjungi para wisatawan baik dari dalam maupun luar kabupaten Grobogan. Hal ini pasti merupakan salah satu sumber pemasukan APBD kabupaten Grobogan.
Sebagai objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan, waduk Kedungombo seharusnya mempunyai fasilitas-fasilitas yang mumpuni untuk menambah nilai plus sebagai objek wisata yang terkenal di Jawa Tengah. Namun yang saya temukan adalah jauh dari itu. Banyak sekali kekurangan/”kekmprohan” yang saya temukan di objek wisata waduk Kedungombo. Tanggal 23 Juli 2015 setelah selesai berlebaran di Blora, saya balik ke Jogja karena harus kerja. Mumpung melewati objek wisata ini saya putuskan untuk mengunjungi waduk Kedungombo. (FYI : walau sering lewat tapi baru sekali itu saya berkungjung ke waduk Kedungombo).
Seperti yang sudah diketahui kalo jalan Grobogan-Solo itu memang masih dalam perbaikan, namun setelah sampai dipertigaan menuju waduk Kedungombo jalannya berubah menjadi agak bagus namun ada juga yang pecah-pecah seperti kaki yang sering umbah-umbah dan bergelombang. Masuk ke pertigaan yang kanan kirinya banyak penjual ikan bakar khas Kedungombo jalanan mulai halus lagi, walau naik turun karena memang berada diderah perbukitan. Hingga pintu masuk PLTA jalan masih sangat bagus, namun sekajap jalan berubah jadi berlubang, sempit dan berbatu pada saat hamir memasuki tanjakan menuju pintu gerbang objek wisata Kedungombo. Selain jalannya berubah sepanjang jalan juga banyak sampah yang dibuang sembarangan sehingga membuat perjalanan saya terganggu karena bau sampah dimana-mana.


Gambar Penjual Ikan Bakar Khas Kedungombo (Sumber : Dokumen pribadi )

Saya pikir mungkin ini memang TPA daerah situ ternyata bukan, memang banyak “oknum” warga daerah situ yang “hobi” buang sampah sembarangan. “Ngeeeng ngeeeng brum”  motor saya laju lagi dan Alhamdulillah sampai juga dipintu gerbang objek wisata waduk Kedungombo. Di gerbang saya menemukan “kekemprohan” yang lain, pada loket tiket tertulis harga tiket Rp 7.500,00 namun saya dipaksa membayar Rp 8.000,00. Waktu saya protes bapak yang jaga tiket malah nyolot “Kalau gak mau bayar ya pulang aja gak usah masuk !”, karena sudah kepalang tanggung saya akhirnya bayar tiket masuk sebesar Rp 8.000,00. Saya parkir motor saya lalu saya pikir “kekemprohan” ini berhenti sampai disitu, ternyata saya masih dipaksa untuk menitipkan helm saya ke tempat penitipan dan diwajibkan membayar Rp 5.000,00. Karena mereka memaksa dan bilang “kalau nanti ilang saya gak nanggung loh mas” akhirnya saya titipkan helm saya disitu. Saya berjalan menuju pintu masuk setelah menitipkan helm saya, didepan pintu masuk saya melihat adanya “kekemprohan” lagi. Petugas pemeriksa tiket bukannya menjaga kebersihan, namun malah membuang sobekan tiket sembarang tempat.


Gambar sobekan tiket sembarang pintu masuk Kedungombo (Sumber : Dokumen pribadi )

Saya merasa kesal mengapa petugas yang seharusnya berkewajiban menjaga kebersihan namun malah “kemproh” seperti itu ?!. Padahal ketika saya masuk kedalam waduk kedung ombo pemandangannya sangat bagus dan masih asri. Namun tetap saja saya masih menemukan sampah dimana-mana. Disepanjang jalan, tempat parkir, tempat jualan, tembok waduk dan bahkan dibibir waduk juga banyak sampahnya dan vandalisme. Baik sampah plastik maupun kepala dan duri ikan bekas pengunjung yang makan ikan bakar dipinggir waduk.
  


 


Gambar sampah diarea Kedungombo (Sumber : Dokumen pribadi )

Pertanyaannya, apakah mereka buta atau tidak mempunyai rasa untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan tempat wisata?. Membiarkan pembuangan sampah sembarangan dan pungutan liar. Padahal pemandangan waduk Kedungombo bisa dikatakan bagus sekali. Ini saya buktikan dengan beberapa foto yang saya ambil.










Gambar pemandangan diarea Kedungombo (Sumber : Dokumen pribadi )

Saya senang jika tempat sebagus ini dikelola secara profesional dan terorganisasi. Bukan dibiarkan kotor dan banyak pungutan liar didalamnya, sebenarnya saya sudah lapor ke bapak Gubernur Jawa Tengah via Twitter namun entah apakah akan ditindak lanjuti atau tidak itu bukan urusan saya soalnya tidak wewenang untuk ikut mengatur pengelolaan objek wisata waduk Kedungombo, disini saya tidak menjelek-jelekan menejemen yang mengelola waduk Kedungombo, saya hanya ingin objek wisata ini menjadi lebih baik dan tidak KEMPROH . Kerena sudah mulai sore saya pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, saya mengambil motor saya ditempat parkir dan apa yang saya temukan ? saya menemukan “kekemprohan” lain, yaitu saya masih harus membayar parkir sebesar Rp 2.000,00 namun dari awal saya tidak diberi tiket parkir resmi !. “Wah, bajilak cen “KEMPROH” tenan iki jebule”, saya ngomong dalam hati dengan perasaan KZL dan ZBL!.