Menjadi muslim yang taat kepada Allah adalah kewajiban
dari setiap muslim di seluruh dunia. Ini dibuktikan dengan banyak hal, salah
satunya dengan menggunakan pakaian yang menutup aurat. Hal ini yang membuat
muslim atau muslimah berlomba-lomba untuk menutup aurat mereka dengan style mereka masing-masing menurut
mahzab yang dipercaya masing-masing. Bagi pria ada yang setiap harinya
menggunakan pakaian taqwa, celana cingkrang dan peci. Ada juga yang biasa saja
seperti orang-orang kebanyakan. Bagi wanita ada yang menggunakan jilbab yang
biasa saja layaknya mayoritas ukhti-ukhti UNY, UIN atau UII namun juga ada yang
menggunakan jilbab besar bahkan hanya menyisakan mata yang terlihat. Itu semua
adalah cara masing-masing untuk taat kepada Allah.
Namun apakah jika sudah taat kepada Allah maka tidak usah
taat dengan perturan yang dibuat manusia ? seperti aturan lalu lintas salah
satunya. Sebelumnya disini saya tidak berniat mencampuri atau tidak menghargai
atau tidak toleran pada kepercayaan seseorang. Kemarin sewaktu saya berkendara
didaerah sekitar Piyungan saya disalip oleh bapak-bapak bercelana cingkrang berkendara
menggunakan motor bebek memboncengkan seorang ibu-ibu berjilbab besar warna
hitam dan membawa 3 orang anak, anak pertama didepan, anak kedua ditengah dan
anak ketiga digendong ibu-ibu. Ketika saya lihat mereka saya biasa saja karena
memang sudah biasa melihat hal seperti itu. Mereka juga menggunakan helm
pokoknya sekilas aman.
Setelah sampai dipersimpangan yang tidak ada bangjo-nya mereka tiba-tiba belok kiri
dan alhasil secara refleks saya langsung ngerem.
Namun sayangnya “BRAAK” mereka
malah di-T motor disamping saya. Alhamdulillah-nya
walaupun jatuh namun tidak ada yang terluka serius. Saya ikut berhenti karena
kasihan dengan mereka, saya bantu mengangkat motor keluarga itu, saya lihat
anaknya nangis karena shock mas-mas
yang meng-T disamping saya juga tidak apa-apa. Tiba-tiba bapak-bapak bercelana
cingkrang marah-marah “Hoy mas!!!, kalo naik motor matanya dipake, ada orang belok
kok ditabrak terus kalo kayak begini bagaimana ?”, mas-mas yang menabrak
bukannya takut malah marah balik “bapak itu kalo naik motor gak bener, belok
gak pake reting, mana saya tau kalo
mau belok” “saya sudah kasih lampu sen mas!!! Lihat tuh (lampu sen motor
ternyata menyala)”. Akhirnya mereka debat masalah siapa yang salah, lalu
setelah saya meminggirkan motor bapak bercelana cingkrang, saya mencoba
menengahi perdebatan bapak dan mas itu. Saya menjelaskan kalau tadi itu jilbab
ibunya menutupi semua lampu belakang bahkan sampai menutupi slebor. Jadinya walau sudah pakai lampu
sen namun jadi tidak kelihatan karena tertutup jilbab.
Niat baik saya menjelaskan kronologi sebenarnya namun
tiba-tiba si ibu berjilbab besar itu malah memarahi saya “mas, masnya tau gak
sih kalo ini kewajiban! Masa saya harus pake baju yang bukan kewajiban agama
saya. Ini itu perintah Allah mas jadi harus dilaksanakan.. . . . .bla bla bla
bla (pokoknya dia ngomong terus)” karena saya sudah malas mendengarkan
“ceramah” ibu itu saya pun menjawab dengan tegas “Ya udah bu permisi” saya
pergi dengan cuek. Dalam perjalanan saya masih dongkol karena niat saya menolong
malah dimarahin seperti itu.
Dari kejadian itu saya ingat salah satu berita di TV
ketika seorang bapak-bapak bersorban tidak menggunakan helm, marah-marah ke
polisi ketika dirazia karena tidak memakai helm. Lalu saya berpikir “ Apakah
jika seseorang yang sudah merasa “agamis” berjalan dijalan Tuhan, maka tidak
wajib lagi mematuhi segala peraturan yang tidak diatur di Kitab Suci atau
Firman Tuhan ?”. Namun saya berpikir
lagi, menurut saya itu hanya fanatik tanpa akal dan logika dalam beragama. Menurut
saya sebenarnya semua peraturan baik yang dibuat Tuhan maupun manusia yang
dibuat itu demi kebaikan bersama contohnya seperti peraturan lalu lintas. Pada
kisah saya diatas point yang saya ambil adalah berkendara menggunakan pakaian
apa saja sesuai dengan kepercayaan masing-masing itu memang hak masing-masing
dan harus dihargai. NAMUN bukankah menghargai nyawa seseorang itu juga salah
satu perintah dalam Kitab Suci disemua agama dan kepercayaan ? Jadi ini
masukkan saya untuk semua orang baik yang menyembah Tuhan, menyembah pohon
maupun belum tahu siapa yang akan disembah, Hargailah segala bentuk peraturan
yang ada baik yang dibuat Tuhan maupun manusia, karena itu bertujuan untuk
keselamatan bersama.
Menggunakan jilbab besar sangat boleh dan saya juga
menghargai itu, namun ingat kita hidup tidak sendiri didunia ini, ada banyak
orang yang wajib kita hargai dan lindungi keselamatannya. Minimal kalau ada
dari kalian yang berjilbab besar naik motor, pastikan jilbab kalian tidak
menutupi lampu-lampu sinyal penting pada motor anda “Gunakan agamamu bukan sebagai tameng dan pedang untuk mencelakakan
orang lain, namun jadikanlah agamamu sebagai payung yang teduh sehingga semua
orang disekitarmu merasa aman, nyaman dan terlindungi olehmu”.
-- Terima Kasih --