“Hey, loe dimana ? Gue udah di Food Court” seorang siswi
salah satu SMA di Jogja menelepon seseorang. Lima menit kemudian dia dihampiri
seorang cewek SMA dengan seragam yang sama menghampirinya. “Loe dari mana aja
sih ? Gue udah dari tadi disini !” tanya siswi pertama, lalu siswi kedua
menjawab “Iya, Gue tadi ke WC dulu”. Melihat kedua siswi SMA itu saya pun mlongo, dilihat dari logat medhok dan
cara bicaranya seperti orang Jawa tapi kok tidak mau pakai bahasa jawa aja ya ?
apa karena di Mall jadi harus pake bahasa Indonesia ? Atau memang kalau anak
muda Jogja itu harus pake bahasa Indonesia ?
Dari kejadian itu saya pun jadi ingat kelakuan anak-anak
sekolah sewaktu saya jalan-jalan di Malioboro. Ketika itu ada rombongan siswa
SMP dari salah satu kota di Jawa Timur, mereka ketika itu bergerombol di depan
Malioboro Mall makan es krim Mc’d sambil berbicara berbahasa Indonesia dengan
logat Jawa medhoknya namun yang lebih miris mereka menggoda mbak-mbak yang
lewat di depan mereka. Ada yang siul-siul ada yang bilang “hae cewek” bahkan
ada yang dengn PeDenya mendekati mbak-mbak itu sambil cengar-cengir, pokoknya
mengganggu dan tidak sopan. Sebagai Pria Idaman Mertua saya menyuruh mereka
pergi, mereka pergi sambil mengejek saya.
Saya merasa miris, kok anak-anak jaman sekarang tidak ada
tata kramanya ya ? sama orang yang lebih tua tidak sopan dan sok-sokan pake
bahasa gaul. Padahal mereka itu orang Jawa yang notabene mempunya tiga
tingkatan rasa yang berbeda tergantung dengan siapa dia berbicara. Selain itu
sebagai orang Jawa harusnya mereka itu mengerti unggah-ungguh bagaimana jika berhadapan dengan wanita dan yang
lebih tua. Perasaan dari kecil dulu saya diajarkan keluarga saya khususnya
nenek saya untuk memegang teguh tata krama, karena saya tinggal di Blora Jawa
Tengah jadi setiap harinya saya berbicara bahasa Jawa. Ajaran nenek saya dulu
jika saya sedang bersama teman sebaya itu yang dipakai bahasa Jawa Ngoko, Jika bertemu
orang baru atau orang yang agak lebih tua saya harus memakai bahasa Jawa Krama/Krama
Alus dan sikap saya harus agak sedikit lebih hormat, dan jika saya sedang
berbicara dengan orang tua, guru dan orang yang jauh lebih tua sangat
diwajibkan menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil dan saya harus benar-benar
sopan tidak boleh menyela pembicaraan. Ini benar-benar berbanding terbalik
dengan anak-anak jaman sekarang, seperti dua cerita sebelumnya anak-anak ini
kehilangan “rasa” mereka sehingga mereka menjadi kurang sopan bahkan tidak
sopan. Selain itu mereka juga seakan-akan malu menggunakan bahasa daerah mereka,
bukannya berbahasa Indonesia itu jelek atau bagaimana, namun menurut saya
setidaknya berbahasalah sesuai asal kamu atau berbahasa Indonesia yang sopan
dan tidak bernada sombong dan tidak sopan.
Sikap anak-anak jaman sekarang pun saya rasa jauh dari
budaya ketimuran, kebanyakan dari mereka bersikap seperti yang ditayangkan di
TV. Seakan acara TV itu (seperti sinetron, talkshow, dll) mengajarkan bagaimana
cara hidup sehari-hari, contohnya seperti diacara Fesbuker seorang Bang Sapri dan
Bang Opick Kumis yang notabene jauh lebih tua dari Ruben Onsu dan Rafi Ahmad
malah menjadi bulan-bulanan seperti dihina dan disiram bedak. Lalu banyak juga
anak-anak SD dan SMP yang sudah berpacaran selayaknya cerita di sinetron GGS. Lalu
dia acara yang nampaknya “Formal” seperti ILC juga dipertontonkan debat yang
bukan mencari solusi tapi malah saling menjatuhkan dan menjelekkan, itu dapat
dilihat dengan bagaimana status media sosial anak-anak muda jaman sekarang,
mereka dengan santai menghina seseorang karena “mungkin” melihat bagaimana cara
para orang-orang berpendidikan itu menjelek-jelekan lawan debat mereka bahkan
Presiden yang notabene Kepala Negara.
Jadi menurut saya hilangnya tata krama ini bukan hanya
dikarenakan acara Tv saja, namun juga karena hilangnya peran orang tua dalam
mengajarkan anak mereka tentang tata krama, saya yakin di sekolah-sekolah (khususnya
negeri) diajarkan oleh para guru bagaimana tata krama sebagai orang Indonesia
dengan adat ketimuranya. Namun peran oarang tua itu sangat penting dalam
perkembangan karakter dan mental anak-anak jaman sekarang. Saya yakin jika
setiap orang tua yang super sibuk sekalipun menyedikan waktu untuk ngobrol dengan anak-anaknya apa lagi
mengajarkan mereka tata krama, pasti tidak akan ada kejadian-kejadian seperti
yang saya ceritakan sebelumnya. Anak-anak akan tahu bagaimana harus bersikap
dengan orang sekitarnya baik dengan teman, orang yang lebih tua bahkan orang
yang leih muda sekalipun. Namun apa daya kebanyakan orang tua jaman sekarang
terlalu sibuk dengan perkerjaannya, sehingga mereka menggunakan menyuruh anak
mereka les karena mereka tidak ada waktu untuk anak mereka. Jika les pelajaran,
nari atau penyaluran hobi yang lain sih menurut saya ada dan tidak masalah. Ini
masalahnya dimana mereka harus mencari tempat les yang mengajarkan tata krama
adat ketimuran ?
- - Terima Kasih - -